Minggu, 17 Oktober 2010

P-E-T-I-R

petir
Petir malam ini membuatku terbangun dari lelapnya sengatan dingin.
Aku mencoba kembali meraungi mimpi-mimpi indah yang sempat terputus…
Aku tak bisa dan tak dapat kembali merasakan indahnya…
Gagahnya suaramu membuat detak jantungku lebih cepat dan lebih keras
Kuatnya kilat cahayamu mampu menembus pekatnya malam
Yang hampir tidak pernah ada sedikitpun cahaya manja yang bisa menyentuhnya
Tapi kau mampu menembusnya, bahkan menerangi walau hanya sesaat
Dan detak jantungku pun tiba - tiba melambat setelah mengetahuinya…
“Hanya kau yang mampu membuat detak jantungku begitu cepat
… dan sekaligus sangat lambat dalam waktu yang bersamaan”

Kamis, 24 Juni 2010

Bayang Semu

Lelahku berpencar hingga tak terlihat lagi
Tinggal ada serpihan sesal
yang setia dan terkadang malu
malu menampakkan dirinya
Senja menghiasi bayang semu wajahmu
saat senja bersembunyi di balik bukit
aku tak mampu lagi merasa
bayang indah yang sejenak meneduhkanku
tiap butiran bintang yang kau titipkan
bundaran purnama yang kau suruh menggantikanmu
menemani kesendirianku
kuhitung satu per satu
namun aku tak mampu
aku terdiam
bagaimana aku menghitung cahayamu?
dan aku takut,
entah kau masih bisa mengintipku
di ufuk saat ku rindu bayang semu wajahmu

Bingung

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
rebah, lelah dan sedih...
kenapa kian merenggut denyut jantungku..
seakan tangkai nadiku ingin patah,
eritrositku menyelami luapan rindu,
bergelimang sati,
...
...aku lelah, namun tetap gak bisa,
entah,,,,
salahkah nafas kedamaian terhembus kepadamu ?
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
kenapa kau tarik aku begitu keras,
tangan semu itu memecah,
saatku sudah mulai mengikuti,
kenapa kau hadirkan teka teki,
kenapa,,,
...kenapa,,,
dan mengapa???
mengapa baru sekarang?
kau tawarkan lagi cinta semu yang menyiksa batinku
padahal kamu tau,
aku takkan mampu menolak hadirnya,,,,,,
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
kenapa kau palingkanku
pada pucuk kembang yang sebentar lagi mekar,
tinggal sebentar dan semakin dekat,
kenapa kau memaksaku merawat layumu,
layu yang kau buat sendiri,,
...
...
masihkah kau bisa mekar secerah dahulu?
...berteriak hingga harummu terpancar,
hatiku pun tak mampu menerima indahmu,
membuatku kembali yakin akan kilau hatimu!
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
kenapa kau titipkan aku lautan yang tiada mengalir?
kau hentak aku dengan indahmu,
kau tahan setiap desiran ombakku,
kau lelapkan aku dalam badaimu,
hinggaku tak mampu bangun lagi,
...dan tak terbangunkan,
dalam hatimu.
aku takluk dalam hentakan kedua,
kau tenggelamkan indahmu dalam kecupan hatiku,
kau rayu lukaku agar bisa menari,
mengiringi bercak cahaya yang terpancar,
hanya untukku.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Akan ku bangun kisah yang lebih dan lebih sempurna, biarkan ku berkreasi dengan seniku, saat ku gores dengan ujung penaku pada setiap deretan pinggir mahkota kuncup yang akan mekar.
Tiada yang bisa kulakukan selain mengiringi dukakudengan kesenangan yang membawaku pada kedamaian dengannya. Yang selalu menjanjikan kedamaian pada masa depanku.
Hingga tiba saatnya mekar nanti, hanya aku yang menjadi saksi dan meraba harumnya kelembutan tiap benang kedamaian yang akan ia pancarkan.

Kamis, 06 Mei 2010

Tawa dedaunan




Langit biru terhias awan putih
Bergumpal mengejar yang lain
Suara tepukan dedaunan beriringan
Mengikuti alunan detak langkah awan
Angin yang kadang lelah
Berhenti sejenak dan kadang memaksa
Mengajak awan kembali berkejaran
Menghasut rerumputan kembali menari
Dedaunan pun kembali bertepuk
Mengikuti sajak yang dilantunkan
Dari sepoi tiupan kedamaian
Tertawa riang tanpa resah
Walau teriring dedaunan lain berjatuhan
Namun dengan bijak dan tanpa khawatir
Dedaunan yang riang berirama
“mereka dedaunan tua,
Sudah seharusnya jatuh,
Lekang terhempas angin,
Terlepas untuk selamanya”
Begitu benar dan sangat bijak
Karena seiring dengan itu
Tumbuh berjuta dedaunan baru
Yang lebih muda, cerah dan ceria
Meneduhkan mata yang penak
Menyalurkan kedamaian
Pada seluruh alam
Lebih kuat
Walu dihempas badai
Diterpa hujan yang deras
Selalu bisa bertahan dan menhan
Untuk selama-lamanya

Lembaran yang hilang

Hati…
Terkikiskan oleh bentaian kerak hati
Terus terhimpit dekapan tanpa henti
Hanya bisa membiarkannya terus tersakiti
Tanpa peduli betapapun sakitnya
Terus terlena dalam himpitannya
Hanya bisa membiarkannya tergores
Terus menerus dan selalu berulang
Pedulipun tidak dengan penguasanya
Yang Maha Menguasai hati
Bahkan hampir tidak mengingat-Nya
Semuanya terlena oleh indahnya dekapan menyakitkan
Hingga suatu saat aku mencoba
Berusaha keluar dari himpitan itu
Rasanya sakit
Karena terlepas dari sakit yang terbungkus manisan
Terus mencoba tuk jauh meninggalkannya
Tiada yang menyangka
Akupun berdiri heran
Kutemukan lembaran yang hilang
Yang selama ini terhalang kerak hati
Yang menguasai kegelapan hatiku
Tiada henti menghimpitnya dengan penuh kelembutan maya

MencintaiNya

Hanya Satu
Dan seolah mendua
Tapi hanya satu
Tiada beralih
Hanya
Aku hanya mampu itu
Aku mengingatkanmu
Pada yang Maha Melihat
Jiwa
Jiwamu setia mendengarkan
Hatiku berdebar
Inikah imanku
Yang baru dikenal
Dikenali batinku
Setelah ku bertemu
Memperkenalkan kekuasaanNya
Dan
Dan kamu gugup
Aku tahu
Akupun begitu
Saat itu
Kita mencintainya-Nya

Tempatku Menunggu

Entah
Dan selalu begini
Sampai kapan?
Hatiku letih, jiwaku lelah
Semuanya menyiksa
Apakah aku sanggup?
Bahkan,,
Hanya mengucapkan
Tidak lebih
Satu kata
“Berhenti”
Dengarkanlah
Wahai pusaran angin selatan
Aku menunggumu
Di tempat biasa
Hampirilah
Wahai bentangan lautan selatan
Sentuhlah belaian bukit
Tempatku menanti
Tiupkanlah
Wahai kesejukan hujan
pertama mendebarkan jantungku
Di tempatku menunggu
Di hatiku…...

Perasaanku

HIlang…

Dan semua hening

Dibalik semak belukar

Rae menunggu

Terlihat gagah

Aku takut

Kulihat semuanya berlari

Aku sendiri terdiam gugup

Akupun terbangun mengikuti

Akan tetapi kakiku patah

Tak mampu lagi meniru

Aku bahkan tak mampu berdiri

Hanya bisa pasrah

Aku tersadar

Di sampingku ada kayu

Kini aku siap memukulnya

Namun

Dia tak pernah mengejarku

Aku terbebas dari rasa takut

Yang selalu datang menghantui

Hingga aku tahu

Semua tiada benar

Hanya perasaanku

Minggu, 25 April 2010

PARUGA NA'E

Setiap daerah mempunyai kebudayaan tersendiri yang menunjukkan ciri khasnya. kadang juga terlihat aneh bagi orang yang berasal dari daerah lain. Namun, walau bagaimanapun itu akan tetap menjadi kebudayaannya, yang menunjukkannya beda dari yang lain. Segenap warganya berusaha keras agar kebudayaan itu tetap terjaga dan lestari. Hingga kenang-kenangan di masa lalu bisa dikenang dengannya.
Nah,,, ini adalah salah satu tempat,, bukan tempat sich tapi lebih cocoknya sesuatu yang menarik. kalau tempat kan hanya untuk satu atau beberapa tempat aza, bukan begitu? Yang satu ini adalah salahsatu corak dari masyarakat Bima, Nusa Tenggara Barat, tapi bukan orang barat lho!
Namanya tiada lain adalah ,,,, "PARUGA NA'E".
Pasti aneh kedengarannya. Of course, kan baru denger!
Yaw dah, biar gak penasaran trus,, yuk kita bahas lebih detail.
Kata Paruga Na'e berasal dari bahasa setempat. Secara bahasa, artinya; Paruga = Tenda, Na'e = besar. Nah, dari situ saja sudah kelihatan bahwa Paruga Na'e itu adalah tenda besar. Lebih detailnya adalah sebuah bangunan sebagai lambang dari tenda pada acara-acara besar keluarga, dinas, dll. Bangunan ini biasa digunakan sebagai tempat acara-acara penting, seperti resepsi pernikahan, MTQ, hiburan, dll. Namun yang lebih mendominasi adalah sebagai tempat resepsi pernikahan. Eh, bukan hanya resepsi dink, pi akad nikah juga biasa dilakukan di tempat ini, yang biasanya membuat calon pengantin prianya grogi, hahhaaha...
Paruga Na'e hanya 1 di Kabupaten Bima, yaitu di pusat Kota Sila, yang merupakan pusat kota di Kabupaten Bima. Sehingga sangat stategis ketika ingin mengadakan suatu acara besar di tempat ini, karena merupakan di tengah-tengah wilayah kabupaten. Sila city gitu loh!!!
Bangunan ini merupakan milik Pemda setempat, jadi milik seluruh warga kabupaten. Siapapun bisa memakainya asalkan sudah mendapatkan izin dari pemerintah setempat.
hm,,, mungkin itu dulu, o ya bangunannya masih baru lho., kira-kira berdirinya ini tahun 2008.
I LOVE U SILA

Sabtu, 17 April 2010

Mada Nao

Nah, yang ini mirip dengan Kancobo' Limbi. Namanya Mada Nao. Dari namanya dapat di deskripsikan sebagai, mada=mata sedangkan nao = gak tau juga bahasa indonesiannya, hehe maklum. yang pasti, ini adalah tempat keramat juga, mirip dengan Kancobo' Limbi. Namun, yang ini lebih besar mata airnya, keluar dari bawah akar pohon Rida yang besar dan tinggi. Dari mata air yang besar itu, bisa mengairi sawah penduduh setempat yang luasnya sampai beratus hektar. Inilah keunggulannya. di sampingnya ada rawa dangkal yang luasnya beberapa are. inilah bagian dari tempat budaya masyarakat Desa Tumpu yang senantiasa dipelihara secara turun temurun.
Salut ma Desa Tumpu! Hehe...
Jangan salah, ne tempatQ mandi waktu kecil, semuanya penuh kenangan msa kecilQ, semua canda, segala tawa masih tersimpan di memory yang kapasitasnya melebihi 500 terabyte.

Kancobo' Limbi

HAha,, judul yang aneh, tapi itulah sebuah nama. Nama tempat yang dulu sangat terkenal oleh orang banyak di Bima, Nusa Tenggara Barat. Tepatnya di desa Tumpu, Sila-Bima-NTB. Sebuah temapat yang dianggap keramat, dipercayai oleh masyarakat setempat mempunyai Parafu (Penunggu/yang menempati/yang menguasai di tempat itu). Semacam kepercayaan animisme dan dinamisme yang masih tersisa dari nenek moyang.
Dari bahasa, Kancobo' Limbi merupakan nama dari bahasa asli tempat itu (bahasa mbojo), yang artinya Kancobo'=lubang mata air, sedangkan limbi=belimbing. Sehingga dengan mudah kita dapat mengartikan bahwa nama tempat itu maksudnya Mata air yang diyakini mempunyai penjaganya, dan dahulu tempat mata air itu keluar berada tepat di bawah sebuah pohon belimbing, mata air itu dahulunya satu, namun sekarang sudah membesar menjadi dua. Jadi, dipercaya bahwa tempat itu keramat. jadi merinding nech! Masyarakat yang percaya bahwa tempat ini memiliki Parafu yang dapat memberi mereka apa yang mereka inginkan, menyembuhkan dari pengyakit dan menyelamatkan dari kemelaratan. Parafu adalah semacam dewa yang menjaga suatu tempat yang diyakini bisa memberi manfaat dan kemudharatan. Mereka yang mempunyai keinginan melakukan ritual khusus di tempat ini. Seperti biasa, membawa sesajen dan binatang yang dikorbankan,karena diyakini mereka menyukai darah binatang yangh dikorbankan itu. kemudian baru dimulai rikhusus, biasanya ditemani oleh orang pintar, yang diyakini dekat dan mengenal betul Parafu itu.
kegiatan seperti ini terakhir kali, saya pribadi melihatnya sekitar masa-masa orde baru berakhir dan beralih ke masa reformasi, walaupun tidak ada hubungnnya dengan masa-masa itu, hanya menandakan waktunya saja. Setelah itu sudah jarang dan bahkan hampir tidak ada yang melakukan hal semacam itu, mungkin masyarakat mulai sadar bahwa semua itu syirik setelah mereka memperdalam islam.
Tapi, bagaimanapun juga, tempat itu tetap memiliki nilai budaya yang tinggi. dimana bikan hanya orang-orang bima saja yang mendatanginya, namun dari luar juga tidak sedikit dahulu. Bisa disimpulkan bahwa nilai budayanya bagi masyarakat setempat sangat tinggi., Pada masa sekarang, tempat itu dijadikan temapat untuk melakukan kegiatan rutin para ibu-ibu, seperti menyuci dan mandi, airnya sangat jernih lho. tidak ketinggalan pula laki-laki yang melakukan kegiatan tersebut.
Ini menurut pendapat saya, sepengetahuan saya, jika ada kesalahan mohon dikoreksi.

Selasa, 13 April 2010

haha,,,,111^^^!!!


haahahahhahah.......!!!!
napa aku gak bisa nulis???
padahal citaku ada padanya,
tapi kenapa pikiranku kosong
konsenku hilang sekejap saat berhadapan dengan layar
tanganku kaku saat mendekati keyboard
akankah aku gak ditakdirkan untuk ini??
apakah aku akan terus begini...
dan terus begini???
padahal...,
di tengah reruntuhan hati yang galau
Sudah tidak ada tempat lagi untuk berdiri
aku takut,
aku selalu takut tidak bisa berdiri tegak lagi
dalam serpihan hati yang pecah ini
tak terhitung banyaknya percikan air mata,
percikan akibat luka yang berulang,
dan seakan setia menemani langkahku,
dan apakah ada tempat yang mampu menampungnya?
padahal saat percikan itu berkumpul jadi satu
lautan pun gak sanggup menampungnya,,,
hati???
kemanakah engkau yang dulu selalu berjanji,,
bukan untuk kebahagiaanku, tapi kebahagiaan kita,,( sabtu, 7 juli 2007, 13:24)
jiwa??
akankah aku masih betah dengan semua ini,,
setelah engkau lepas dan biarkanku pergi jauh
dan bahkan sangat jauh,,
meninggalkanmu....!
padahal engkau telah berjanji untuk memelukku setiap malam
tidak dengan tanganmu, tapi dengan hatimu,,,
"jiwa ini untukmu, dan hanya untukmu, selamanya!",
yang selalu kau bisikkan di telinga kananku
hingga aku tak berdaya,,
cinta??
aku tak mengenalmu lagi,,
seperti saat kau memintaku untuk melupakanmu,,
dan semua tentang kita,,
bukankah aku tidak pernah berharga di matamu??
AKU SLALU BERHARGA DI MATA-NYA

Minggu, 11 April 2010

WELCOME


apa ya???
gak tau harus dimulai dari mana...
karena Ia datang tanpa mengetuk,
masuk,,
dan langsung memeluk hatiku,,
akupun tak mampu menolak,,
sebuah penawar rindu,, yang udah lama aku nantikan,,
aku sadar, aku bukan siapa-siapa,,
namun,, tingkahmu yang menggambarkan ketulusan,,
ketulusan yang luar biasa,,
membuatku merasa sebagai seorang yang sangat berarti,,
aku takut,,,
aku takut saat kamu pergi,,,
dan meninggalkan bekas,,,
setelah apa yang engkau persembahkan.,,
aku takut kehilangnmu,,
namun senyummu membuatku percaya padamu,,
seperti yang kamu katakan,,
"aku nggak akan tinggalin kamu"
semua yang ada dalam kesempurnaanmu,,
membuatku percaya akan perasaan ini,,
inilah cinta,,
dan aku percaya bahwa cinta yang tulus,,
nggak akan pernah menyakiti,,
bagaimanapun keadaannya,,
aku hanya mampu menyambutnya,,
WELCOME to my life
the incomplete live!

Minggu, 04 April 2010

Untaian Serpihan Hati

Bentangan langit
dari rembaan kuncup bukit
Q menatap ke arah awan
Akankah awan itu masih menjadi saksi
setiap langkah yang kita lewati
setiap himpitan kesedihan yang kita lalui
lantunan tawa yang diiringi senyuman
tiadakah bukit permai mengingatkanmu
saat tangan elok itu menyentuh leherku
di saat tubuh ini seakan menggigil oleh terpaan kabut
Akankah engkau masih berkata hal yang sama
ketika ku dekap tubuhmu, "dekaplah lebih dekat,
dan lebih dekat lagi"
dan apakah saat itu engkau masih akan mengatakan,
"aku merasakan detak jantungmu,
sangat cepat dan begitu keras"
Serta setiap pagi, siang, dan petang mengingatkanku
untuk selalu mengingat makan dan menjaga kesehatnku
Hingga tiada malam tanpa ucapan "selamat tidur!"
aku sadar,, kita sangatlah berbeda dalam segala hal,
NAmun,,
kita selalu sama dalam satu hal,,,
sama dalam Cinta!

My Lovely Family in Jogja


Berawal dari sebuah kemenangan futsal Mandolo Cup Bima se-Jawa,,,,
Hasil kemenangan dari jerih payah itu seakan tidak ingin dibiarkan berlalu dan habis tertelan waktu
Demi keakraban dan semangat kekeluargaan, hingga pada Minggu 21 maret 2009, sebuah kenangan manis tercipta
tinta-tinta sejarah indah di badan formasi pun tumbuh berkat perjalanan yang mereka sebut sebagai "tour to Dieng" itu berhasil dilaksanakan.
...;;;;
Pagi yang indah, menghiasi weekend yang penuh dengan suasana riang
betapa tidak, sebuah perjalanan pemupuk rasa cinta keluarga besar Formasi segera dimulai
Semua Anggota keluarga perlahan berkumpul di kontrakan Om Fathoni, Sebagai Kepala Peradaban Formasi. Hingga tiba pukul 08.00 AM semua anggota keluarganya lengkap dan memulai perjalanan dengan dua buah Avanza serta diiringi motor-motor mewah milik Keluarga besarnya. Wajah-wajah yang menggambarkan kharakter berwibawa pun mulai menancapkan gas kendaraannya, dan memulai perjalannya dengan hati yang tenang.
Senyuman diiringi canda tawa menghiasi perjalanan itu. Tak terbayangkan betapa senangnya jiwa-jiwa generasi Pembangun Bima tersebut. Perjalanan dalam acara Syukuran yang sekaligus sebagai acara perpisahan dengan Kakak2 tercinta yang baru saja menuntaskan study_S1-nya di Yogyakarta State Univercity tersebut memakan waktu kurang lebih 4 jam, pasalnya jarak kontrakan dengan tempat wisata Dieng sangat jauh. Pemandangan dataran tinggi dalam perjalanan ikut meneduhkan dekapan mata. Walaupun sempat terhalang hujan di perjalanan, semua keluarga Formasi pun akhirnya sampai di tempat tujuan dengan selamat. Berbagai acara seru turut menghibur perjalanan, dimulai dengan kegiatan yang always dilakukan dalam perjalanan, apalagi kalau bukan foto-foto,, perjalanan menghampiri kawah pun menjadi salahsatu kegiatan menarik. Sang kameraman professional, Alan Biruni pun memperlihatkan kemampuannya. Hingga semuanya diliputi kebahagiaan lahir dan batin, serangkaian acara besar perjalananpun berakhir ketika hari sudah menjelang petang. Segenap keluarga besar formasi-pun Back to home dan sampai di kontrakan Kepala suku jam 00.00 AM. Inilah cuplikan kecil dari sebuah acara dan perjalanan yang sangat dinikmati dan akan selalu diingat oleh segenap anggota keluarganya, Jogja-Dieng menjadi saksi rasa kekeluargaan mereka yang sangat tinggi dan terlampau erat melekat di hatinya.
Thanks to my lovely family:Kepala Peradaban(Fathoni), K'Dian, K'Suha, The Coll man (Aba Alani), Aba Wawan yang slalu sabar, kalem, Aba Izenk yang baik hati & tidak sombong, K'erna yang selalu ceria, dan semuanya yang selalu memegang teguh tali keluarga Formasi,,, I love U so much!!!!