Jumat, 10 Februari 2012

Pekatku

Bersama pekatnya malam
ku luluhkan perasaanku dengan sentuhanmu
kubiarkan tiupan angin berlalu begitu saja
genangan airpun hanya diam dengan cemburunya
kubiarkan, karena hanya ingin bersamamu
untuk kesempatan yang telah lama hilang

Ku palingkan setiap jemari membelakangimu
agar menarikmu untuk segera bersamaku
namun ku tak mampu bersandiwara karenamu
saat kau letakkan tangan hangatmu di pinggangku
pelukan yang sudah lama aku nantikan
aku luluh dalam indahnya malam ini

Sedang dirimu?
terus saja bermanja dengan kedipan matamu
mata yang takkan tergantikan dari memoriku
kau lesapkan sepi yang telah lama menyelimutiku
hingga waktu pun terasa habis
untuk waktu bersamamu
di malam yang indah ini
Aku mencintaimu, Pekatku...

Kamis, 09 Februari 2012

Fajar Segera Tiba***

Saat ini, aku masih sendiri. Dia belum terbangunkan dari mimpinya. Senangnya, hari-hariku terasa indah setelahnya kembali. Tak sabar membentangkan perasaanku di taman hatinya. Pagi ini, aku teringat saat indah bersamanya.
         Pada hari yang bermula dengan ceria dan berakhir dengan canda tawa. Saat keduanya merasa asing, menatap dari balik pemisah yang membatasiku berkreasi dengan imajinasi. Mengabaikan pandangan dari taman yang tersenyum melihat kami. Tiba-tiba awan mulai runtuh, dengan air mata yang sangat indah, menyebar, membuat seketika suasana terasa dingin. Perasaanpun bertranslasi menjadi deg-degan. Begitu dekat, namun jemari mulai gugup, hatiku mulai gagap menyampaikan statusnya. Pandangan itu, membuatku luluh. Beri aku sandaran, agar aku bisa menguatkan hatiku untuk tetap di situ dan menikmati setiap rintihan awan, suka citanya melihat kami bersama. canda tawa bertabur gugup terus menyinari suasana yang dingin itu, hingga semuanya reda dan kembali normal.
          Entah kenapa, aku selalu tenang bersamanya, dan sampai sekarang. Semoga perasaan itu masih ada, di hatinya. Fajar akan segera kembali. Saat dia tiba nanti, akan ku sapa dia dengan kata yang sama seperti saat itu. Takkan kubiarkan hari ini lenyap oleh badai matahari, hingga ku bisa memilikimu saat senja menjelang. Kita akan selalu bersama, dalam cinta dan ketaqwaan, Pengantin Senjaku.

Dalam Pekatmu

Sudah lenyapkah?
ukiran - ukiran kisah itu
saat denyut ombak terdengar kencang
dan detak angin yang menggunjing lebat
tak jarang menghempas dengan keras
di setiap garis wajah kita di kala itu

kubiarkan pilu tetap menjelma menjadi sunyi
menghampakan setiap ruangan dalam sedihku
membentangkan senyuman indah
saat ku tak sabar memilikimu
dan rindu mulai merobohkan egoku
dalam  ruang yang tak kau ketahui

ku ingin menggenggam hatiku lagi
menyimpannya dalam kotak rahasiamu
agar tak ada yang akan menemukannya lagi
seperti tak pernah ada di mata mereka
namun selalu ada dalam pekatmu, Luka Indahku...

Entah Bagaimana

Ku gerah dengan resah - resah bergelimang
menata setiap ukiran perihku
mematahkan setiap alunan jemari
yang setiap waktu melambai hatimu

Entah
seakan badai terus kau tiupkan
hingga sayap-sayapku hilang kendali
duri-duri kau bentangkan meluas
hingga ku tak berani lagi untuk berdiri
di atas bukit kamunti 
tempat tertinggi di hatimu

Bagaimana?
jika sayap-sayap tak terkendali
menampakkan sisi lain badaimu
dan tapak kakiku menginjak keras
hingga badaimu terhenti selamanya
dan kamu dalam ketenangan
di lembah soromandi
tempat terendah di hatimu

Entah bagaimana lagi
namun, ku akan tetap mencoba
mengukirku kembali
di hatimu
Selama aku masih mampu

Kamis, 02 Februari 2012

HARI ITU

Semangat '45 menghiasi seluruh warga Indonesia sebelum dipermalukan Malaysia di kandangnya malam itu.
Aku tertarik untuk mengikutinya, hingga melupakan janji terpenting dengan seseorang yang sangat penting di hatiku saat itu...
Yah,,, lagidan lagi aku mengecewakan mereka, tidak bisa hadir, padahal sudah sangat dinanti. Aku pun tak bisa berbuat apa-apa. Telapak kakiku masih memperlihatkan keraguan untuk melangkah, takut, resah, minder, semua perasaan itu menghantui pikiranku malam itu. Akhirnya dengan terpaksa aku melemparkan semua perasaan itu pada lelapnya malam.

Seuntai Pohon

Dibalik semak yang hijau
Hadir seuntai pohon
Berdiri tegak
Walau terselubungi inai-inai
Kadang ikut menari bersama
Saat diterpa angin kesejukan
Kadang juga bertahan sendiri
Saat semuanya tak mampu lagi setia
Diterpa badai, dihempas hujan
Dia terus tumbuh dan tetap tegak
Bahkan semakin bercabang
Serta ranting-ranting yang dipenuhi dedaunan
Akan selalu tumbuh dan bertahan
Hingga penerusnya lahir
Yang lebih gagah dan sangat kokoh
Yang mampu berkata “inilah aku”